Konsultasi Islam

Mengatasi Masalah dengan Syariah

“KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN” BUKAN HADITS NABI SAW

Posted by Farid Ma'ruf pada 27 November 2007

Tanya :
Apakah benar istilah ”Kebersihan Sebagian Dari Iman” merupakan hadits atau hanya semboyan saja ? Mohon penjelasan penjelasan bapak. (Hamba Allah, Jakarta)

Jawab :
Ungkapan ”Kebersihan Sebagian Dari Iman” (Arab : an-nazhaafatu minal iimaan) sebenarnya bukanlah hadits Nabi SAW, namun hanya sekedar peribahasa atau kata mutiara yang baik atau Islami.

Ringkasnya, jika ditinjau apakah ungkapan itu hadits Nabi SAW atau bukan, jawabnya bukan hadits Nabi SAW. Sebab tidak terdapat hadits berbunyi demikian dalam berbagai kitab hadits yang ada, sejauh pengetahuan kami. Namun kalau ditinjau apakah ungkapan itu Islami atau tidak, jawabnya Islami. Sebab ungkapan itu didukung oleh sebuah hadits hasan seperti yang akan kami sebutkan.

Memang, ada hadits sahih dari Nabi SAW yang mirip dengan kalimat ”Kebersihan Sebagian Dari Iman”. Hadits itu adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi,”Ath-thahuuru syatrul iimaan…” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi) (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, II/57; Imam Al-Qazwini, Bingkisan Seberkas 77 Cabang Iman (Terj. Mukhtashar Syu’abul Iman Li Al-Imam Baihaqi), hal. 66-67).

Namun arti hadits Nabi tersebut adalah,”Bersuci [thaharah] itu setengah daripada iman….” Kata ath-thahuuru dalam hadits itu artinya tiada lain adalah bersuci (ath-thaharah), bukan kebersihan (an-nazhafah), meskipun patut diketahui ath-thaharah secara makna bahasa artinya memang kebersihan [an-nazhaafah] (Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/6). Tetapi dalam ushul fiqih terdapat kaidah bahwa arti asal suatu kata dalam al-Qur`an dan Al-Hadits adalah arti terminologis (makna syar’i), bukan arti etimologis (makna bahasa). Imam Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah Juz III hal. 174 menyebutkan kaidah ushul fiqih yang berbunyi :

Al-Ashlu fi dalalah an-nushush asy-syar’iyah huwa al-ma’na asy-syar’iy

“Arti asal nash-nash syariah [Al-Qur`an dan As-Sunnah] adalah makna syar’i.”

Karenanya hadis Nabi SAW di atas hendaknya diartikan “Bersuci itu setengah daripada iman”, dan bukannya ”Kebersihan itu sebagian daripada iman.”

Suci dan bersih itu berbeda. Suci (thahir) adalah keadaan tanpa najis dan hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil, pada badan, pakaian, tempat, air, dan sebagainya. Bersuci (thaharah) adalah aktivitas seseorang untuk mencapai kondisi suci itu, misalnya berwudhu, tayammum, atau mandi junub. (Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/6). Sedang bersih (nazhif) adalah lawan dari kotor yaitu keadaan sesuatu tanpa kotoran. Sesuatu yang kotor bisa saja suci, meski ini tentu kurang afdhol. Sajadah yang lama tidak dicuci adalah kotor. Tapi tetap disebut suci selama kotoran yang menempel hanya sekedar debu atau daki, bukan najis seperti kotoran binatang.

Demikian pula sesuatu yang bersih juga tidak otomatis suci. Seorang muslim yang berhadats besar (misal karena haid atau berhubungan seksual) bisa saja tubuhnya bersih sekali karena mandi dengan sabun anti kuman atau desinfektan. Tapi selama dia tidak meniatkan mandi junub, dia tetaplah tidak suci alias masih berhadas besar.

Walhasil, suci atau bersuci berkaitan dengan keyakinan seorang muslim, yang sifatnya tidak universal. Maksudnya hanya menjadi pandangan khas di kalangan umat Islam. Sedang bersih atau kebersihan berkaitan dengan fakta empiris yang universal, yaitu diakui baik oleh umat Islam maupun umat non Islam.

Kembali ke masalah hadits di atas. Kesimpulannya, yang ada adalah hadits Nabi SAW yang berarti ”Bersuci Adalah Sebagian Dari Iman”, dan bukan ” Kebersihan Sebagian Dari Iman.”

Namun demikian, kalimat ” Kebersihan Sebagian Dari Iman” merupakan ungkapan yang baik (Islami), karena didukung sebuah hadits yang menurut Imam Suyuthi berstatus hasan, yakni sabda Nabi SAW :

”Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi) (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, I/70; Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, [Jakarta : GIP], cetakan keenam, 1993, hal. 311).

Hadits di atas menunjukkan bahwa kebersihan (an-nazhafah) merupakan sesuatu yang dicintai Allah SWT. Maka dari itu ungkapan ” Kebersihan Sebagian Dari Iman” kami katakan sebagai ungkapan yang baik atau Islami karena ada dasarnya dalam Islam yaitu hadits riwayat Tirmidzi di atas. Ungkapan itu dapat diberi arti, bahwa menjaga kebersihan segala sesuatu merupakan bukti atau buah keimanan seorang muslim, karena dia telah beriman bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Mahabersih (nazhiif). Wallahu a’lam. (www.konsultasi.wordpress.com)

Yogyakarta, 26 Nopember 2007

Muhammad Shiddiq Al-Jawi

37 Tanggapan to ““KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN” BUKAN HADITS NABI SAW”

  1. bagaimana sholat di kasur?

  2. cici said

    bgus lengkap

  3. Novi said

    duluan mana para nabi dengan manusia purba……
    tolong di jawab dan diurutkan…..

  4. adinda said

    qo gg da bhsa arab nna ciihh

  5. Aku adalah Saya said

    betul tuh masak gak ada bhs arabnya. Ntar ketuker yang mana ha yang mana hha yg mana shad yang mana sin

  6. bilqist elizabeth tunner said

    Memang benar bukan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman, seperti yang di nyatakan dalam hadist.

  7. Ammar said

    Biarpun tidak ada tulisan Arabnya yang penting kita bisa ambil pelajarannya kan? Apakah tidak akan keliru juga kalau ada tulisan arabnya? sedangkan banyak yang belum tahu apakah yang Alif ataukah hamzah yang berbunyi “A”,”I”, atau “U” seperti pada kalimat “Innallah” atau “Ulaaika…”.
    saya cuma mau berpendapat kalau tulisan arab itu tidak Wajib dituliskan pada wacana2 seperti ini.

  8. […] nabi. Dari penelusuran literatur lebih lanjut saya menemukan uraian terkait hal itu di situs (https://konsultasi.wordpress.com/2007/11/27/kebersihan-sebagian-dari-iman-bukan-hadits-nabi-saw/) yang ditulis oleh Muhammad Shiddiq Al-Jawi pada 27 November 2007. Ungkapan ”Kebersihan Sebagian […]

  9. […] nabi. Dari penelusuran literatur lebih lanjut saya menemukan uraian terkait hal itu di situs (Lihat) yang ditulis oleh Muhammad Shiddiq Al-Jawi pada 27 November 2007. Ungkapan ”Kebersihan Sebagian […]

  10. sip bagus.tapi kebersihan sudah mnjd chirikhas islam

  11. doeplan said

    sippp bagusss untuk anak sekolah.jdi bnyak ilmu pengetahuan….

  12. rizki said

    duhhhh apiknya jadi ngerti deh ^_^

  13. anggi said

    koq in arab nya koq gx dach padahal yang di butuhin arabnya …….

  14. Sartika said

    kok ga ada tulisan arabnya????????????

  15. zubaedah husein said

    assalamu’alaikum, maaf ya akhi ana hanya ingin penjelasan secara ilmiah tentang stegmen antum yang mengatakan bahwa hadis tentang kebersihan sebagian dari iman itu bukan hadis..tolong dibuktikan secara ilmiah agar tidak terjadi kekeliruan kesimpangsiuran dikalangan masyarakat..syukron…

  16. mantap sekali,…..

  17. assalamualaikum ustad mbak,bapak,ibu tolong diberitau donk hadist kebersihan nya

  18. Alit said

    Smg yg membaca memahaminya

  19. Oreng Sokoh Due' said

    heh, kata siapa kebersihan itu bukan hadits Nabi SAW. jangan mengada-ngada dech…
    Kalau bukan Islam bilang aja jangan malu-malu…
    Patek Jech…

  20. ana said

    alhamdulillah nambah ilmu

  21. nira said

    masya alloh……,

  22. widjaja said

    kl saya yg penting aplikasinya pada lingkungan, kr pada kenyataanya jug msh byk kaum muslim yg menjaga kebersihannya cuma kl mau menjalankan ibadah shalat sedangkan pd kesehariannya masih blm peduli

  23. wawan said

    sipp….

  24. tuxlin said

    Mantap, informasi yang bermanfaat… ternyata kebersihan sebagian dari iman ini tak berasal daari Rasul 🙂

  25. iin said

    beritahu saya, hadist beserta latin tentang kebersihan, mohon saya sdang ada tugas

  26. butuh Tulisan arabnya.!!!!Besok mau ulangan..

  27. ari sudono said

    Jd pertanyaan lbh bagus bersuci atau bersih ?

  28. Desi Utami said

    lengkapppppp sekaliiii

Tinggalkan Balasan ke tuxlin Batalkan balasan